Sekolah, dalam Kacamata Umum
Siapa
yang tak mengenal sekolah? Istilah populer dunia pendidikan, dikenal umum tak
terkecuali juga bagi kids jaman now. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
sekolah diartikan sebagai lembaga atau bangunan yang dipakai untuk aktivitas
belajar dan mengajar sesuai dengan jenjang pendidikannya (dasar atau menengah).
Dalam pengertian ini, seolah sekolah menjadi wilayah kaku tempat menuntut ilmu.
Aktivitas belajar dan mengajar di sekolah hanya menekankan pembelajaran yang
berorientasi kepada materi pelajaran yang terkemas dalam kurikulum pendidikan.
Tantangan Pemuda untuk Masa Depan
Beratnya
jadi kids jaman now. Tantangan jaman saat ini yang serba terbuka dengan segala
perkembangan teknologi komunikasi dan informasi, menuntut kebijaksaan lebih
dalam menghadapi kehidupan. Sayangnya, hal ini tak selalu diiringi dengan
persiapan bagi generasi muda menghadapi arus jaman. Akhirnya tak sedikit yang
terbawa arus negatif peradaban.
Realitas
yang sering kita lihat di sekitar menunjukkan bahwa siswa dan lulusan sekolah sebagai
produk pendidikan masih menjadi generasi yang jauh dari nilai etis, pedagogis,
dan religius. Tawuran antar pelajar menjadi berita yang tak asing di telinga,
sedang peran guru seakan tak berdaya karena kehilangan wibawa. Belum lagi
masalah pergaulan bebas. Tak terhitung dan tak masuk logika seberapa parah
pergaulan remaja saat ini terkait perilaku free sex, kehamilan di luar nikah,
bahkan aborsi. Segala jenis keburukan perilaku hewani dipertontonkan secara
vulgar. Belum juga masalah penyalahgunaan narkotika. Tak usahlah disampaikan
berulang bagaimana “prestasi” kita di PISA sebagai juara bertahan peraih 10
besar dari bawah selama bertahun-tahun. Miris.
Tapi
itulah fakta generasi saat ini. Dan kita tak bisa menutup mata terhadap
permasalahan ini. Bagaimanapun, tak dapat dipungkiri, di tangan generasi muda inilah
masa depan bangsa ini diletakkan. Jika tetap dibiarkan tanpa upaya memperbaiki
kondisi generasi, akan jadi seperti apa wajah bangsa ini 20 sampai 30 tahun ke
depan?
Sekolah:
Tak Sebatas Mengejar Ijazah
Pendidikan,
diyakini sebagian besar masyarakat sebagai salah satu media pembentuk generasi
penentu kemajuan bangsa. Dan berbagai upaya dilakukan demi merealisasikan
teori-teori pendidikan, diantaranya dengan mendirikan sekolah. Bagaimanapun
sekolah sebagai basis pendidikan anak bangsa menjadi tulang punggung
pembentukan karakter remaja sebagai penentu wajah bangsa di masa depan.
Pendidikan merupakan investasi penting dalam menghadapi masa depan dunia secara
global.
Pendidikan
dalam sekolah merupakan kelanjutan dari pendidikan yang telah dilakukan orang
tua di rumah. Pendidikan dalam keluarga ini merupakan fundamen dari pendidikan
anak selanjutnya, baik di sekolah maupun masyarakat. Keluarga, dalam hal
pendidikan ini tetap bertanggung jawab dan mengontrol pendidikan anak-anak,
baik dalam keluarga sendiri maupun sekolah. Guru di sekolah hanya menerima
sebagian tanggung jawab pendidikan yang diberikan keluarga.
Berbagai
masalah pelajar dan produk pendidikan kita saat ini juga dikarenakan makna
pendidikan dalam sekolah telah direduksi hanya dalam bentuk pengajaran materi. Sekolah
bukan hanya sekadar tempat mencari ijazah. Sekolah bukan hanya sekedar tempat
mencari nilai. Pendidikan di sekolah sudah selayaknya difokuskan pada
pembentukan perilaku-perilaku anak didik. Seharusnya sekolah, yang merupakan
“perpanjangan tangan” dari rumah (baca: keluarga) berfungsi sebagai rumah kedua
bagi anak-anak setelah keluarga. Anak didik seharusnya merasakan sentuhan orang
tua mereka di sekolah. Anak didik juga merasakan dirinya seakan berada di rumah
sendiri. Sehingga mereka akan menyatakan bahwa sekolah adalah tempat yang
nyaman dan membuat mereka betah. Sekolah adalah tempat untuk belajar. Belajar
mengenai berbagai mata pelajaran, belajar mengenai kehidupan sosial, dan belajar
mengenai hidup.
Insantama: Kini dan Nanti; Menjawab
Tantangan: Mewujudkan Sekolah Rasa Keluarga
SMAIT
Insantama, merupakan sekolah berasrama (boarding school) yang terletak di
tengah perumahan penduduk di kawasan Bogor Barat. SMAIT Insantama terintegrasi dalam
satu kawasan dengan SD dan SMP Insantama. SMAIT Insantama sendiri merupakan
sekolah wajib asrama dengan pelajar yang heterogen. Berasal dari seluruh
wilayah Indonesia dari Aceh sampai Papua, bahkan tak jarang siswa dari
mancanegara. Beraneka budaya, adat kebiasaan, dan bahasa yang menuntut saling
pengertian sesama warga sekolah. Aktivitas sekolah yang memadukan pembelajaran
umum dan pesantren juga sangat padat. Belum lagi banyaknya program kesiswaan
yang wajib maupun pilihan diikuti oleh siswa.
Lokasi
sekolah yang berada di tengah perumahan penduduk dengan wilayah yang terbatas juga
menjadi tantangan tersendiri bagi sekolah untuk dapat menjadi rumah kedua bagi
seluruh civitas academika Insantama. Karena memang dominan hidup 24 jam di
lingkungan sekolah, menciptakan sekolah yang tidak hanya sebagai tempat
belajar, tempat berkumpul, tetapi juga suasana rumah dan keluarga tentu bukan
hal yang mudah. Tetapi mimpi tentulah layak untuk tetap dikejar dan diwujudkan.
Mimpi kita tentang sebuah sekolah idaman, tempat dimana belajar bukan dirasakan
sebagai suatu beban, tetapi sebuah proses yang menyenangkan. Proses yang dapat
dinikmati tidak hanya oleh siswa, tetapi juga guru dan seluruh warga sekolah.
Mewujudkan mimpi membangun sekolah rasa keluarga, tentu juga membutuhkan dukungan lingkungan yang menyenangkan dan nyaman. Sekolah rasa keluarga menjadikan sekolah seperti rumah yang nyaman. Termasuk ketersediaan lingkungan fisik yang nyaman.
Di
Insantama, saat pertama memasuki area sekolah, kita akan disambut dengan masjid
sebagai pusat berbagai kegiatan warga sekolah. Menara hijaunya sudah menyambut
kita sejak memasuki gapura depan. Sejak awal sekolah ini memang dirancang untuk
menjadikan masjid sebagai pusat kegiatan. Masjid 3 lantai ini, tidak hanya
berupa ruangan luas yang nyaman untuk beribadah di lantai 2 untuk laki-laki dan
lantai 3 untuk perempuan. Tetapi di lantai 1 masjid sudah disediakan
perpustakaan yang walaupun tidak terlalu luas tetapi sangat nyaman untuk
berlama-lama membaca buku, menggali ilmu.
Ruang
tunggu terbuka juga ada di area masjid, dilengkapi kursi-kursi yang nyaman
untuk kunjungan orangtua, menunggu siswa, atau sekedar mengobrol dan
berdiskusi. Tempat yang lebih luas dalam saung-saung kecil di sekitar masjid
yang teduh, tentu akan semakin membuat nyaman warga sekolah yang berkumpul. Ruang
kelas sebagai ruang utama untuk belajar siswa harus dibuat senyaman mungkin.
Tempat minum, guci galon dan dispenser dapat diakses kapan saja di setiap sudut
ruang. Sesekali siswa dibebaskan untuk belajar di luar kelas. Menikmati udara
luar yang lebih sejuk tanpa mengalihkan fokus belajar. Keterbatasan ruang gerak
di sekolah, harusnya dapat diantisipasi dengan optimalisasi ruang yang ada.
Untuk
urusan pemenuhan pangan siswa, sekolah melalui dapur sekolah telah menyediakan
makanan yang terjamin halal dan thoyyib bagi seluruh warga sekolah. Dapur
menyiapkan lebih dari 1000 porsi setiap kali waktu makan. Serasa melaksanakan
kenduri setiap hari. Saat ini sekolah kami belum mempunyai kantin yang
memuaskan. Kedepannya penyediaan makanan dan minuman yang halal dan thoyyib
bagi warga sekolah juga akan dibantu dengan kantin sekolah. Kantin akan di buat
terpisah dalam ruangan khusus terpisah yang akan lebih nyaman. Toserba yang
menyediakan kebutuhan harian santri juga seharusnya dapat disediakan dengan
lingkungan siswa.
Ketersediaan
minum dan air bersih di sekolah sudah disiapkan dengan mempunyai instalasi air
minum yang dikelola sendiri, namanya airatama. Selama ini airatama sudah
mencukupi kebutuhan air minum warga sekolah. Pengecekan mutu kualitas air minum
secara berkala dilakukan melalui kerja sama dengan laboratorium penggujian
terdekat. Pembangunan ground water tank sedang dilakukan untuk penyediaan air
bersih di sekolah. Ground water tank ini merupakan tangki air yang ditanam di
dalam tanah. Banyak orang yang lebih memilih menggunakan ground tank dengan
alasan letaknya yang tidak kelihatan. Karena ground tank ini memang terpendam
di bawah tanah. Dari segi pembuatannya juga relatif lebih murah daripada tower
water tank sebab tidak perlu struktur kolom serta balok.
Pengelolaan
sampah juga dilakukan secara mandiri. Sekolah telah mempunyai insinerator
sederhana yang digunakan untuk proses pembakaran sampah. Program kalima
senantiasa digalakan di sekolah secara berkala.
Di
luar apa yang sudah disediakan sekolah saat ini, apa yang sedang dibangun, dan
akan dibangun kelak, sudah selayaknya kita tetap bersyukur. Membangun mimpi
bersama, mewujudkan sekolah rasa keluarga tidak hanya bicara tentang fisik
bangunan, tetapi lebih pada bagaimana setiap warga sekolah merasa nyaman dan
menikmati proses kehidupan sekolah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar