Jumat, 25 Januari 2019

Sebuah Mimpi Tentang Rumah Kedua: SEKOLAH RASA KELUARGA

Sekolah, dalam Kacamata Umum
Siapa yang tak mengenal sekolah? Istilah populer dunia pendidikan, dikenal umum tak terkecuali juga bagi kids jaman now. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, sekolah diartikan sebagai lembaga atau bangunan yang dipakai untuk aktivitas belajar dan mengajar sesuai dengan jenjang pendidikannya (dasar atau menengah). Dalam pengertian ini, seolah sekolah menjadi wilayah kaku tempat menuntut ilmu. Aktivitas belajar dan mengajar di sekolah hanya menekankan pembelajaran yang berorientasi kepada materi pelajaran yang terkemas dalam kurikulum pendidikan.

Tantangan Pemuda untuk Masa Depan
Beratnya jadi kids jaman now. Tantangan jaman saat ini yang serba terbuka dengan segala perkembangan teknologi komunikasi dan informasi, menuntut kebijaksaan lebih dalam menghadapi kehidupan. Sayangnya, hal ini tak selalu diiringi dengan persiapan bagi generasi muda menghadapi arus jaman. Akhirnya tak sedikit yang terbawa arus negatif peradaban.

Realitas yang sering kita lihat di sekitar menunjukkan bahwa siswa dan lulusan sekolah sebagai produk pendidikan masih menjadi generasi yang jauh dari nilai etis, pedagogis, dan religius. Tawuran antar pelajar menjadi berita yang tak asing di telinga, sedang peran guru seakan tak berdaya karena kehilangan wibawa. Belum lagi masalah pergaulan bebas. Tak terhitung dan tak masuk logika seberapa parah pergaulan remaja saat ini terkait perilaku free sex, kehamilan di luar nikah, bahkan aborsi. Segala jenis keburukan perilaku hewani dipertontonkan secara vulgar. Belum juga masalah penyalahgunaan narkotika. Tak usahlah disampaikan berulang bagaimana “prestasi” kita di PISA sebagai juara bertahan peraih 10 besar dari bawah selama bertahun-tahun. Miris.

Tapi itulah fakta generasi saat ini. Dan kita tak bisa menutup mata terhadap permasalahan ini. Bagaimanapun, tak dapat dipungkiri, di tangan generasi muda inilah masa depan bangsa ini diletakkan. Jika tetap dibiarkan tanpa upaya memperbaiki kondisi generasi, akan jadi seperti apa wajah bangsa ini 20 sampai 30 tahun ke depan?

 Sekolah: Tak Sebatas Mengejar Ijazah
Pendidikan, diyakini sebagian besar masyarakat sebagai salah satu media pembentuk generasi penentu kemajuan bangsa. Dan berbagai upaya dilakukan demi merealisasikan teori-teori pendidikan, diantaranya dengan mendirikan sekolah. Bagaimanapun sekolah sebagai basis pendidikan anak bangsa menjadi tulang punggung pembentukan karakter remaja sebagai penentu wajah bangsa di masa depan. Pendidikan merupakan investasi penting dalam menghadapi masa depan dunia secara global.
Pendidikan dalam sekolah merupakan kelanjutan dari pendidikan yang telah dilakukan orang tua di rumah. Pendidikan dalam keluarga ini merupakan fundamen dari pendidikan anak selanjutnya, baik di sekolah maupun masyarakat. Keluarga, dalam hal pendidikan ini tetap bertanggung jawab dan mengontrol pendidikan anak-anak, baik dalam keluarga sendiri maupun sekolah. Guru di sekolah hanya menerima sebagian tanggung jawab pendidikan yang diberikan keluarga.

Berbagai masalah pelajar dan produk pendidikan kita saat ini juga dikarenakan makna pendidikan dalam sekolah telah direduksi hanya dalam bentuk pengajaran materi. Sekolah bukan hanya sekadar tempat mencari ijazah. Sekolah bukan hanya sekedar tempat mencari nilai. Pendidikan di sekolah sudah selayaknya difokuskan pada pembentukan perilaku-perilaku anak didik. Seharusnya sekolah, yang merupakan “perpanjangan tangan” dari rumah (baca: keluarga) berfungsi sebagai rumah kedua bagi anak-anak setelah keluarga. Anak didik seharusnya merasakan sentuhan orang tua mereka di sekolah. Anak didik juga merasakan dirinya seakan berada di rumah sendiri. Sehingga mereka akan menyatakan bahwa sekolah adalah tempat yang nyaman dan membuat mereka betah. Sekolah adalah tempat untuk belajar. Belajar mengenai berbagai mata pelajaran, belajar mengenai kehidupan sosial, dan belajar mengenai hidup.

Insantama: Kini dan Nanti; Menjawab Tantangan: Mewujudkan Sekolah Rasa Keluarga
SMAIT Insantama, merupakan sekolah berasrama (boarding school) yang terletak di tengah perumahan penduduk di kawasan Bogor Barat. SMAIT Insantama terintegrasi dalam satu kawasan dengan SD dan SMP Insantama. SMAIT Insantama sendiri merupakan sekolah wajib asrama dengan pelajar yang heterogen. Berasal dari seluruh wilayah Indonesia dari Aceh sampai Papua, bahkan tak jarang siswa dari mancanegara. Beraneka budaya, adat kebiasaan, dan bahasa yang menuntut saling pengertian sesama warga sekolah. Aktivitas sekolah yang memadukan pembelajaran umum dan pesantren juga sangat padat. Belum lagi banyaknya program kesiswaan yang wajib maupun pilihan diikuti oleh siswa.

Lokasi sekolah yang berada di tengah perumahan penduduk dengan wilayah yang terbatas juga menjadi tantangan tersendiri bagi sekolah untuk dapat menjadi rumah kedua bagi seluruh civitas academika Insantama. Karena memang dominan hidup 24 jam di lingkungan sekolah, menciptakan sekolah yang tidak hanya sebagai tempat belajar, tempat berkumpul, tetapi juga suasana rumah dan keluarga tentu bukan hal yang mudah. Tetapi mimpi tentulah layak untuk tetap dikejar dan diwujudkan. Mimpi kita tentang sebuah sekolah idaman, tempat dimana belajar bukan dirasakan sebagai suatu beban, tetapi sebuah proses yang menyenangkan. Proses yang dapat dinikmati tidak hanya oleh siswa, tetapi juga guru dan seluruh warga sekolah.

Mewujudkan mimpi membangun sekolah rasa keluarga, tentu juga membutuhkan dukungan lingkungan yang menyenangkan dan nyaman. Sekolah rasa keluarga menjadikan sekolah seperti rumah yang nyaman. Termasuk ketersediaan lingkungan fisik yang nyaman.

Di Insantama, saat pertama memasuki area sekolah, kita akan disambut dengan masjid sebagai pusat berbagai kegiatan warga sekolah. Menara hijaunya sudah menyambut kita sejak memasuki gapura depan. Sejak awal sekolah ini memang dirancang untuk menjadikan masjid sebagai pusat kegiatan. Masjid 3 lantai ini, tidak hanya berupa ruangan luas yang nyaman untuk beribadah di lantai 2 untuk laki-laki dan lantai 3 untuk perempuan. Tetapi di lantai 1 masjid sudah disediakan perpustakaan yang walaupun tidak terlalu luas tetapi sangat nyaman untuk berlama-lama membaca buku, menggali ilmu.


Ruang tunggu terbuka juga ada di area masjid, dilengkapi kursi-kursi yang nyaman untuk kunjungan orangtua, menunggu siswa, atau sekedar mengobrol dan berdiskusi. Tempat yang lebih luas dalam saung-saung kecil di sekitar masjid yang teduh, tentu akan semakin membuat nyaman warga sekolah yang berkumpul. Ruang kelas sebagai ruang utama untuk belajar siswa harus dibuat senyaman mungkin. Tempat minum, guci galon dan dispenser dapat diakses kapan saja di setiap sudut ruang. Sesekali siswa dibebaskan untuk belajar di luar kelas. Menikmati udara luar yang lebih sejuk tanpa mengalihkan fokus belajar. Keterbatasan ruang gerak di sekolah, harusnya dapat diantisipasi dengan optimalisasi ruang yang ada.

Untuk urusan pemenuhan pangan siswa, sekolah melalui dapur sekolah telah menyediakan makanan yang terjamin halal dan thoyyib bagi seluruh warga sekolah. Dapur menyiapkan lebih dari 1000 porsi setiap kali waktu makan. Serasa melaksanakan kenduri setiap hari. Saat ini sekolah kami belum mempunyai kantin yang memuaskan. Kedepannya penyediaan makanan dan minuman yang halal dan thoyyib bagi warga sekolah juga akan dibantu dengan kantin sekolah. Kantin akan di buat terpisah dalam ruangan khusus terpisah yang akan lebih nyaman. Toserba yang menyediakan kebutuhan harian santri juga seharusnya dapat disediakan dengan lingkungan siswa.

Ketersediaan minum dan air bersih di sekolah sudah disiapkan dengan mempunyai instalasi air minum yang dikelola sendiri, namanya airatama. Selama ini airatama sudah mencukupi kebutuhan air minum warga sekolah. Pengecekan mutu kualitas air minum secara berkala dilakukan melalui kerja sama dengan laboratorium penggujian terdekat. Pembangunan ground water tank sedang dilakukan untuk penyediaan air bersih di sekolah. Ground water tank ini merupakan tangki air yang ditanam di dalam tanah. Banyak orang yang lebih memilih menggunakan ground tank dengan alasan letaknya yang tidak kelihatan. Karena ground tank ini memang terpendam di bawah tanah. Dari segi pembuatannya juga relatif lebih murah daripada tower water tank sebab tidak perlu struktur kolom serta balok.

Pengelolaan sampah juga dilakukan secara mandiri. Sekolah telah mempunyai insinerator sederhana yang digunakan untuk proses pembakaran sampah. Program kalima senantiasa digalakan di sekolah secara berkala.


Di luar apa yang sudah disediakan sekolah saat ini, apa yang sedang dibangun, dan akan dibangun kelak, sudah selayaknya kita tetap bersyukur. Membangun mimpi bersama, mewujudkan sekolah rasa keluarga tidak hanya bicara tentang fisik bangunan, tetapi lebih pada bagaimana setiap warga sekolah merasa nyaman dan menikmati proses kehidupan sekolah.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar