Lebih nyaman rasanya menikmati deretan
huruf yang sudah terangkai, daripada menyusunnya sendiri untuk berbagi kisah
kehidupan. Mungkin karena beberapa waktu ini untuk saiah pribadi menulis telah
mengalami degradasi makna menjadi hanya sebatas tuntutan kewajiban. Bahkan saat
sudah mencoba mengiringinya dengan alunan instrumen piano. Berharap dan
berimajinasi bahwa yang ditekan adalah tuts piano alih-alih keyboard laptop.
Tidak ada pengaruh.
Pun begitu yang masih terasa saat
kepala sekolah memaksa setiap orang berutang satu tulisan. Tanpa rasa. Menulis
apa? Kisah inspirasi saat berinteraksi dengan civa insantama? Motivasi untuk
para siswa? Ah, berat...
Apalagi setelah membaca tulisan
rekan-rekan guru lain. Rasanya justru semakin menyadarkan saiah betapa saiah
masih jauh dari sosok seorang guru yang menginspirasi. Ada kisah apa antara
saiah dan anak-anak yang mempengaruhi mereka menjadi lebih baik? Bahkan
mengubrak-abrik sudut-sudut ingatan saja tak cukup bagi saiah menemukan kapan
saiah pernah berhasil menginspirasi siswa-siswa saiah.
Justru yang lebih banyak teringat
dan terekam akhir-akhir ini adalah tentang segala keluhan dan protes siswa-siswa
saiah.
“Tapi SMAKBO itu cita-cita ana sejak awal SMP. Ana bosen disini. Ana pengen
sekolah di luar IT”
(saiah tak pandai menjelaskan,
betapa lingkungan ini akan menjaganya. Maka saiah hanya diam dan tersenyum
menghadapi kecewanya)
“Kenapa
Ibu ga dukung impian ana? Ana kesal karena bahkan impian ana sejak lulus SD,
pupus karena satu kata tidak dari Ibu.”
(ingin sekali menjelaskan bahwa
tidak ada maksud saiah menghancurkan mimpi-mimpinya tentang sekolah lintas
benua, hanya mungkin bukan sekarang waktu yang tepat. Tapi saiah hanya bisa
diam dan tersenyum menanggapi marahnya)
“Kenapa ibu tetep minta ana bertahan disini?
Ini bukan bidang ana. Harusnya Ibu dukung dan doain ana buat pindah jurusan”.
(Ingin menjelaskan bahwa segala pilihan
ada konsekuensinya. Mencobalah bertahan dan menerima konsekuensi. Bisa jadi
bertahan adalah pilihan terbaik saat ini. Tapi jarak memisahkan kami dan saiah hanya
bisa meninggalkan emot senyum untuk setiap keluhannya)
Bahkan protes nyaris harian
selama beberapa waktu terakhir adalah:
“Ini
gara-gara Ibu! Harusnya Ibu ga usah kuliah ke Bandung. Ibu melalaikan
tugas-tugas ibu di sekolah. Ibu menelantarkan kami.”
(ingin rasanya teriak: haloooooo,
gurumu ini sedang cuti demi secawan ilmu.Tapi lagi-lagi saiah hanya bisa diam,
meminta maaf, dan membalas tersenyum setiap menerima pesan sejenis yang
berulang)
Semuanya tentang marah dan kecewa.
Lalu di bagian mana saiah menginspirasi jika ternyata hampir semua yang saiah
ingat adalah tentang kecewa mereka. Sedih rasanya meninggalkan berbagai luka di
antara mereka. Sekalipun mungkin mereka
juga tak sadar saat mereka berkata begitu, saiah juga terluka.
Sungguh saiah pikir saiah sudah
berusaha. Tapi sepertinya belum cukup. Maka maafkan jika saat ini, saiah hanya bisa
menjawab dengan diam dan tersenyum. Berat rasanya memahamkan, apalagi
menginspirasi. Saat pada faktanya justru keluhan yang biasa diterima. Ingin
sekali memahamkan bahwa kepedulian tidak selalu berarti dukungan setiap
keputusan. Bahwa orang yang benar-benar peduli, bisa jadi malah orang yang
paling banyak melarang dan mencegah.
Hp berbunyi. Pesan masuk.
Amerisium.
“Bun,
nilai ana semester ini udah keluar. Alhamdulillah naik dan ana udah menikmati
kuliah di prodi. Bisa nyasar ke kimia itu karena siapa lagi kalo bukan karena “pengaruh”
ibu selama 3 taun. Makasih udah menyesatkan.Tetaplah menyesatkan dan
menginspirasi dengan cara ibu sendiri...:D”
Redaksional diedit demi
pencitraan. De javu. Terima kasih sudah menyesatkan. Kalimat sakti yang juga
menghantarkan saiah pada saiah saat ini. Semoga juga akan ada masanya. Saat
bagi kalian menemukan bahwa apa yang menurut kalian menyesatkan adalah justru
jalan yang menghantarkan kalian pada jalan kebaikan.
Mungkin memang secara de facto
saiah adalah seorang yang sedang belajar menjadi seorang pendidik. Mencoba
mengajarkan materi dan nilai yang saiah yakini. Tapi hakikatnya justru saiahlah
yang lebih banyak belajar dari siswa-siswa saiah. Amerisium. Argon. Astatin. Fransium.
Wolfram. Iodium. Aurum. Lantanium. Hasium. Dan siapapun kalian. Terima kasih karena
telah menginspirasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar