Sejak awal OSIS di SMAIT Insantama dibentuk, mulai dari ketua OSIS
ke-0 yaitu Muhammad Raihan Al-Hakim (yang masa jabatannya bahkan lebih singkat
dari umur jagung dan jarang dikenang kecuali oleh saiah, angkatan 1 dan 2),
ketua OSIS ke-1 (Muhamad Fatih Nasrullah, catat ya muhamad bukan muhammad yang
“m”nya dua supaya sesuai akta dan ijazah), ketua OSIS ke-2 (Ahmad Nazhif
Rahmatu Rabbi), ketua OSIS ke-3 (Muhammad Shiddiq Ilham Noor), ketua OSIS ke-4
(Zakky Muhammad Noor), ketua OSIS ke-5 (Ghozyudin Fawaz), ketua OSIS ke-6
(Hanzalah Assidiq), dan sampai tulisan ini dibuat ketua OSIS ke-7 (Labib
Muttaqillah), saiah tetap terperangkap dengan status sebagai pembina OSIS.
Mungkin sekalipun sejak awal terpaksa dipilih karena tidak ada pilihan lain
yang bisa dikorbankan untuk menempati posisi ini. Jangan tanya kenapa saiah
menuliskan nama lengkap masing-masing ketua OSIS, karena jawabannya sudah
sangat jelas seterang rembulan malam ke-14 komariyah, yaitu supaya segera
tercapai syarat batas jumlah minimum penulisan dari kepala sekolah kami yaitu
sebanyak 5000 karakter.
Di masa kepengurusan OSIS ke-0 dan
ke-1, saiah masih bertindak sebagai seorang angkoter
yang pulang pergi ke sekolah naik angkot (karena kalau pulang pergi naik
kereta namanya jadi trainer dan saiah
cukup tahu diri bukan orang yang bisa menjadi trainer semangat memotivasi orang
lain, nah lho). Sisi baiknya adalah semalam apapun saiah pulang setelah agenda
OSIS di malam hari, saiah bebas dari kelaparan karena dalam perjalanan pulang
saiah masih bebas membeli makanan apapun yang bisa disediakan kawasan kampus sepanjang
jalan malabar.
Tapi setelah masuk periode
kepengurusan ketua OSIS ke-2, saiah pensiun sebagai angkoter dan beralih menjadi lovers
slipper yang mengukur jalan cukup memakai sandal. Masalah ikutan pun mulai
datang, yaitu lapar mengancam tak bisa makan malam setiap lembur pendampingan agenda
malam OSIS di sekolah. Maka dimulailah teror saiah demi menuntaskan masalah
hajat hidup orang kebanyakan. Siapa lagi sasaran utamanya kalau bukan para
ketua OSIS? Kenapa korban utamanya harus ketua OSIS, sederhana jawabannya
karena mereka yang standby memegang alat komunikasi (hp batu) dan akses mudah transportasi
(motor).
Kira-kira beginilah yang terjadi
antara saiah, lapar, dan ketua OSIS:
Ketua OSIS ke-2:
Saiah : (sms dikirim) Z.. Ibu laper.
Z : (sms diterima) Apaan sih, Bu. Ana
lagi ada keperluan di luar. Ga bisa pulang cepet. Ga bisa mampir-mampir.
#ngomel-ngomel
Saiah : ....
Tapi
ga lama kemudian datang, bawa bungkus makanan.
Z : “Nih, makan dulu. Katanya Ibu laper”
#langsung.pergi.lagi
Saiah : ....
Antara bersyukur dan bersabar pas
lihat bungkusannya isi nasi padang. Padahal dalam hati pengen banget bilang kalau
memang sempat mampir mah kan mau belinya yang lain.
Tapi karena pasti dijamin tuh anak
tambah ngamuk ya sudahlah syukuri saja. Alhamdulillah.
Ketua OSIS ke-3:
Saiah : (sms dikirim) Q.. Ibu laper.
Q : (sms diterima) Ibu mau dibeliin
makanan apa?
Saiah : (sms dikirim) pecel ayam bagian sayap,
nasinya nasi uduk. Sama susu coklat dingin.
Ga
pake lama, datang bawa bungkus makanan. Alhamdulillah.
Malam(-malam)
lainnya,
Saiah : (sms dikirim) Q.. Ibu laper.
Q : (sms diterima) pecel ayam bagian
sayap, nasinya nasi uduk. Sama susu coklat dingin.
#hapal.saking.udah.keseringan.
Ketua OSIS ke-4:
Saiah : (sms dikirim) Mn.. Ibu laper.
Mn : (sms diterima) Terus kenapa, Bu?
Saiah : (sms dikirim) Dirimu lagi di luar ga?
Mn : (sms diterima) Ga
Saiah : (sms dikirim) Dirimu mau keluar ga?
Mn : (sms diterima) Ga ada keperluan
Saiah : (sms dikirim) Keluar dong
Mn : (sms diterima) Ngapain?
Saiah : (sms dikirim) Beliin makan
Mn : (sms diterima) Oh. Bilang dong dari
tadi. Dua ya bu..
Saiah : ....
#sumpah.ni.anak.ga.bisa.di.code
Tapi karena
ga lama udah bisa datang bawa bungkusan makanan pesanan, ya bersyukur.
Alhamdulillah.
Cukuplah ya tiga ketua OSIS saja
yang jadi sampel diceritakan bertindak sebagai korban lapar malam seorang saiah.
(Alhamdulilah sudah cukup memenuhi batas minimal penulisan).
Mengapa saiah berbagi soal ini?
Jawaban jujurnya bukan karena ini pengalaman paling berkesan buat saiah, tapi adalah
karena baru kemarin sore saiah bertemu dengan salah satu orang yang kalau saiah
lapar saiah mengingatnya. Hehe.. Tapi di luar itu memang tetap sungguh saiah
mengambil pelajaran dari pengamatan setiap pergantian. Bahwa respon yang
diberikan setiap mereka saat menghadapi satu fakta yang sama bisa jadi tak
selalu sama. Pun saat mereka menghadapi masalah, berbeda respon. Tapi untuk
apapun responnya, itulah cara khas mereka menunjukkan dan menerjemahkan
kepedulian mereka terhadap fakta yang dihadapi.
Saiah tetap bersyukur dengan apapun
respon yang mereka berikan. Dari sana saiah banyak belajar juga bagaimana
memberikan respon balik dari setiap respon berbeda yang diberikan. Dan apapun
itu, saiah pikir saiah bangga dengan setiap dari mereka. Apalagi untuk kasus di
atas, apapun responnya pada akhirnya satu masalah saiah bisa selesai. Semoga
sampai kapanpun mereka bisa menjadi sosok-sosok yang peduli terhadap kondisi
lingkungannya, mengambil respon dan peran positif menjadi bagian dari solusi,
bukan bagian dari masalah itu sendiri.
Kalau Anda baru tahu selama ini ternyata
telah terjadi lebih dari sekedar koordinasi oganisasi antara pembina dan ketua
OSISnya (baca: saling memanfaatkan di luar kepentingan organisasi secara
langsung), bersabarlah saja. Pun saiah begitu. Karena sungguh simbiosis semacam
ini bahkan tetap berimplikasi jauh setelah tak ada hubungan pembina dan ketua.
Dari mulai permintaan mereka yang
cukup normal, seperti:
“Bun, tolong editin makalah tugas
kampus ana dong”, atau
“Bun, bantu cariin jurnal”
“Bun, tolong kirimin contoh
proposal, laporan kegiatan, sama foto OSIS ana dong”
Sampai pertanyaan ajaib yang sulit
masuk akal, seperti:
“Bun, judul karya tulis waktu itu
yang ana bikin apaan ya?”
“Bun, tau ga ana naro kunci motor
ana dimana? Ana lupa”
“Bun, minta obat merah”, bahkan
“Bun, password email ana apaan?”
#nah.lho.emang.saiah.apaan
Jadi satu sama kan?
(Hei, cerita telah didramatisir
seperlunya demi memperbanyak karakter. Jadi tidak usah dipercaya setiap detail
ceritanya)